13 Oktober 2008

Telstar FM Membidik Segmen Keluarga



SEPERTI kebanyakan radio lainnya, cikal bakal lahirnya Telstar juga berawal dari radio amatir yang dikenal dengan istilah radam. Saat itu, sekitar 1969, radam Telstar bermain di jalur AM dan dipancarluaskan dari sebuah rumah di Jalan Lompobattang Makassar. Nama Telstar sendiri diambil dari nama satelit pertama Amerika Serikat.

Ketika keluar regulasi berupa Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970, yang mengharuskan siaran radio dikelola suatu badan usaha yang bersifat komersial, anak-anak muda yang menyalurkan hobi cuap-cuap di udara melalui radam Telstar bersepakat mematuhi aturan tersebut dengan membentuk badan usaha bernama PT Radio Telstar pada tahun itu juga.

Dua tahun setelah on air alias mengudara di bawah bendera PT Radio Telstar, tepatnya pada 1972, radio yang dipimpin Eric Djajakusli ini pindah lokasi ke Jalan Nusantara. Pada 1983, mereka kembali boyongan ke Jalan Ali Malaka No. 26 Makassar, hingga kini.

Karena pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan sebuah badan usaha atau PT menghindari penggunaan nama-nama asing, PT Radio Telstar kemudian mengubah namanya menjadi PT Radio Terminal Suara Lestari.

Setelah bertahun-tahun mengudara di jalur AM, pada 1995 Telstar memutuskan pindah haluan ke jalur FM di frekuensi 103 Mhz. Sepuluh tahun berselang, tepatnya pada 2004, radio yang membidik segmen keluarga dengan mengusung motto Telstar Pesona Keluarga ini bergeser ke frekuensi 102,7 Mhz sesuai kebijakan pemerintah.

‘’Kami memang telah siap sepenuhnya untuk meramaikan kompetisi dunia radio di Makassar dengan menghadirkan sejumlah program acara yang informatif dan edukatif dengan tetap memberi porsi besar pada nilai hiburan untuk keluarga Makassar,’’ ujar Direktur Program Radio Telstar, Aryanti Nugrah.

Sebagai salah satu stasiun radio besar dan ternama dengan pendengar yang tersebar di seluruh kota Makassar dan beberapa daerah di sekitarnya, Telstar berkomitmen untuk terus mengabdi demi kemajuan dunia broadcasting, sekaligus sebagai media promosi di Makassar.

‘’Kami memiliki beberapa divisi dan secara garis besar yang menjadi divisi utama adalah divisi program, divisi editor, serta divisi marketing. Saya sendiri di divisi program yang membawahi secara keseluruhan program acara termasuk produksi, penyiar dan siaran itu sendiri,” bebernya.

Menurut dia, penulisan naskah atau skrip merupakan tanggung jawab divisi editor, sedangkan divisi marketing khusus menangani pemasaran sejumlah program acara.

Radio yang mempekerjakan 19 karyawan ini membagi dua kategori untuk tenaga penyiarnya, full time dan part time. Penyiar yang bekerja full time untuk radio ini sebanyak 8 orang, selebihnya berstatus penyiar paruh waktu (part time).

Mengingat persaingan dunia broadcasting di Makassar sangat ketat, radio dengan kekuatan transmitter 3000 watt ini selalu mengevaluasi program siarannya, apakah masih layak jual – diminati pendengar – atau tidak.

‘’Setiap saat kami mengevaluasi program dalam upaya memperoleh hasil yang maksimal. Jadi, dapat dipastikan hampir setiap tahunnya ada sesuatu yang baru. Paling tidak, jika semua program yang dijalankan selama ini telah berjalan baik dan diterima masyarakat, kami tinggal membenahinya secara proporsional,’’ urai Aryanti.

Cewek yang akrab disapa Ryanti Farid oleh pendengarnya ini mengemukakan, kejelian dalam menciptakan program baru tetap harus dikedepankan sehingga bisa diterima dengan baik oleh pendengar.

‘’Kami harus jeli dalam menciptakan sejumlah program yang menarik untuk disajikan di tengah masyarakat, dan tidak boleh keliru,” terangnya.

Maraknya radio-radio swasta di Makassar yang juga menyajikan porsi hiburan secara berlebihan, diakui Aryanti merupakan tantangan tersendiri bagi Telstar. Dalam hal ini, pihaknya dituntut lebih matang dan mapan dalam menyusun program agar tetap meraih jumlah pendengar yang lebih banyak.

‘’Persaingan adalah hal yang lumrah, asalkan dilakukan secara sehat. Kehadiran sejumlah radio swasta sekarang ini bukan menjadi penghalang bagi kami untuk lebih maju, tetapi justru membuat kami semakin progresif lagi. Makanya program unggulan kita suguhkan kepada pendengar dengan variasi yang segar, agar pendengar tidak jenuh,’’ ujarnya.

Acara yang paling banyak diminati pendengar radio yang on air sejak pukul 05.00 hingga pukul 24.00 Wita ini adalah ‘Bekas Tapi Mulus’. Acara jual beli barang bekas tersebut menjadi favorit pendengar karena penyiar senior dan populer, Opa (Will Ferial), membawakannya secara santai dan penuh canda tawa, diselingi lagu-lagu dan musik instrumentalia pilihan.

Telstar yang pernah dinobatkan sebagai radio No. 1 di Sulsel beberapa tahun lalu – sekarang masuk tiga besar terbaik -, masih lebih banyak memberikan porsi hiburan - 85 persen. Tetapi ke depan, jelas Aryanti, juga akan menerjunkan reporternya ke lapangan, karena Telstar selama ini menyajikan berita seputar Makassar hingga nasional yang disadur dari sejumlah media.

‘’Kami optimis mampu bertahan meskipun saat ini banyak competitor. Kenapa? Karena kami punya segmen yang jelas di family. Makanya, kami pun lebih dominan pada segmen gender, karena tidak bisa dipungkiri, populasi perempuan jauh lebih banyak,’’ pungkas Aryanti, yang juga membawakan acara Bingkisan Bahagia. (wahyudin)



Data Telstar
Nama Badan Hukum : PT Radio Terminal Suara Lestari
Frekuensi : FM 102,7 Mhz
No. Anggota PRSSNI : No 230-VIII/1971
Cakupan Area : Makassar dan Sekitarnya
Waktu Siar: 05.00-24.00
Segmen : Keluarga
Pimpinan : Eric Djajakusli
Alamat : Jl. Ali Malaka No. 26 Makassar 90112
Telepon : (0411) 312 642, Fax : (0411) 321 165
E-mail : telstar@indosat.net.id
Account : Bank Ekonomi-Makassar No. 4001860092


Tidak ada komentar: