13 Oktober 2008

Antara Narkoba, Keranda dan Liang Lahat



Profil Anci Laricci

ANCI LARICCI tak merasa kaget dengan fenomena banyaknya selebriti yang kini berurusan dengan pihak berwajib terkait penggunaan narkoba. Bagi penyanyi dan pencipta lagu ini, barang haram tersebut dari dulu memang akrab dengan dunia entertainment.

Musisi yang cukup lama malang melintang di pentas musik nasional ini bahkan secara blak-blakan mengakui dirinya pernah terjerat dan kecanduan narkoba selama bertahun-tahun. Tapi dibandingkan Roy Marten, Fariz RM, dan artis lainnya, dirinya merasa beruntung karena tidak pernah berurusan dengan polisi.

‘’Saya ini orang nakal. Dari dulu memang peminum dan narkoba, tapi Alhamdulillah tidak pernah tertangkap seperti artis lain,’’ aku Anci Laricci ketika ditemui di sebuah resto di kawasan Panakukkang, Makassar.

Anci mengaku kaget dapat duit banyak ketika lagu reggae Nona Manis yang dibawakannya bersama grup UB2 meledak di pasaran dan kasetnya laku 600 ribu keping, sehingga kehidupannya pun berubah. Tapi uang yang didapatkannya itu akhirnya ludes karena pengaruh perempuan, minuman, dan narkoba.

‘’Kebanyakan artis mengkonsumsi narkoba agar tampil pede, di samping untuk cari suasana lain. Padahal kalau kita pikir, seniman itu mestinya orang paling bahagia karena dianugerahi Tuhan dengan bakat yang luar biasa. Tapi namanya manusia, tidak pernah ada puasnya,’’ tuturnya.

Sejak 2002 silam, Anci meninggalkan kebiasaannya mabuk-mabukan dan narkoba setelah mendapat ‘peringatan keras’ dari Allah. Ia pernah diperlihatkan dirinya mati, diusung di keranda dan dimasukkan ke liang lahat.

Saat itu bulan Ramadhan. Sekitar pukul 5 sore, ia duduk bersandar dalam keadaan sadar di rumahnya di Jakarta. Tiba-tiba dirasakan dunia ini sepi, hampa, tidak ada suara. Kemudian dia melihat dirinya ditandu di keranda mayat. Dia juga melihat saat dirinya dimasukkan ke liang lahat. Ketika hendak ditimbun, barulah dirinya tersadar.

‘’Sejak itu, saya berhenti total narkoba dan minum. Saya takut jangan sampai mati di jalan yang tidak benar, di saat mabuk misalnya,’’ ungkap Anci, yang kini telah menjadi kakek dari 3 cucunya.

Pria kelahiran 17 Agustus 1953 ini memperkirakan lebih 100 lagu yang telah diciptakannya, dan hampir semuanya merupakan pengalaman pribadi. Yang paling disukainya adalah lagu daerah Makassar berjudul ’Tena Ruanna’.

Ceritanya, pernah ada gadis cantik yang dipacarinya. Hatinya baik, parasnya ayu, dan tutur sapanya halus. Dia tiada duanya, seperti judul lagunya ‘Tena Ruanna’. Sedangkan lagu ‘Nona Manis’ yang meledak di pasaran dan berbuah hadiah rumah, mobil serta jalan-jalan ke Amerika, merupakan Pekerja Seks Komersial (PSK) yang ditemuinya di lokalisasi Kramat Tunggak.

Mengenai lamanya proses penciptaan sebuah lagu, menurut Anci tergantung mood. Ada lagu yang bisa diciptakannya dalam waktu 10 menit, seperti lagu ‘Pantai Losari’. Sementara lagu ‘Tena Ruanna’ butuh waktu 3 jam, dan ‘Nona Manis’ satu jam. Tapi ada juga yang tidak bisa jadi dalam sebulan, bahkan lebih banyak yang tidak jadi.

Mengkilas balik perjalanan kariernya di dunia musik Indonesia, Anci merasakan beratnya perjuangan menembus dapur rekaman di ibukota. Bahkan agar bisa bertahan hidup di Jakarta, ia terpaksa menjadi kuli bangunan dan tukang parkir. Ia punya prinsip tidak mau ngamen karena ingin hasil karyanya dihargai, dibayar mahal, tidak dijual seperti pengemis.

‘’Saya berjuang sejak 1970, dan betul-betul merasa jadi artis pada 1991 setelah berhasil menembus dapur rekaman dan menelorkan album perdana Pantang Bicara Dua Kali,’’ terang Anci, yang kini tengah merintis studio rekaman, bekerja sama dengan pengusaha H.M Yunus Kadir.

Musisi yang dikaruniai satu putra dari istri pertama (Andi Rosidah, cerai) serta satu putra dan dua putri dari istri kedua (Sri Wahyuni) ini, kini juga mengajar musik secara privat. Hasil polesannya antara lain Ina, Rika, Jay, dan Ridwan. Mereka sudah berhasil rekaman lagu-lagu daerah.

‘’Sementara anak-anak kandung saya sendiri tidak ada yang mau mengikuti jejak saya meski mereka punya bakat menyanyi. Mungkin mereka lihat kehidupan bapaknya kali ya …,’’ kilah Anci, mengakhiri perbincangan. (d’art)


Tidak ada komentar: