SEJAK dulu kala, suku Tionghoa secara turun temurun mengenal istilah Naga, sejenis ular yang berkaki dan memiliki tanduk bercabang mirip rusa. Makhluk ini adalah sebuah legenda yang sering dibicarakan orang. Sebahagian menganggapnya mitos atau hanya sebuah simbol, tetapi sebagian orang mempercayai makhluk ini adalah makhluk suci yang jadi-jadian. Di sisi lain, ada yang memprediksi makhluk ini pernah hidup di zaman purbakala, bahkan ada yang mengatakan sejenis ikan panjang yang hidup di laut atau sungai.
Dari kesimpang-siuran ini pula banyak yang tidak dapat membedakan antara istilah Liong dan Dragon. Dragon adalah istilah yang muncul di barat, sementara Liong adalah istilah suku Tionghoa. Dragon sendiri diidentikkan dengan iblis, karena di barat ada simbol yang menyerupai seekor Naga namun tidak sama dengan simbol Naga kepercayaan suku Tionghoa.
Bagi suku Tionghoa, Naga atau yang biasa disebut Liong adalah sebuah simbol keperkasaan, kejayaan, kekuatan, rejeki dan keberuntungan. Naga versi suku Tionghoa selalu memiliki kaki dan tangan sebanyak jari kaki dan jari tangan manusia. Sementara, Dragon oleh kalangan barat diidentikkan sebagai simbol iblis dan gambarnya menyerupai kelompok Dinosaurus.
Di samping itu, Liong versi suku Tionghoa selalu memainkan bola api atau sejenis mustikanya. Bahkan ada juga yang membuatnya berpasangan burung Phoenix (merak), seperti tampak di gambar-gambar latar belakang saat pesta perkawinan suku Tionghoa berlangsung.
‘’Sebagai salah satu suku Tionghoa yang prihatin tentang sejarah, kita harus meluruskan masalah ini agar masyarakat dapat membedakan istilah Dragon dan Liong,’’ ujar Yongsi Lolo (60), yang di kalangan teman-temanya terbiasa disapa Luo Run Jii atau Yongchi.
Pria yang yang tinggal di Jl. Kumala Makassar ini pernah memperoleh pendidikan sekolah Tionghoa XIN HUA ZHONG Makassar, namun tidak sampai selesai karena seluruh sekolah Tionghoa di Indonesia keburu ditutup pada tanggal 8 April 1967.
Sebagai pengungkapan rasa keingin-tahuan tentang ada-tidaknya Liong atau Naga, berikut ini kami sajikan kisah atau cerita di majalah terbitan VIHARA GIRINAGA, yang dikutip salah satu buku terbitan Thailand yang tidak jelas identitas penulisnya :
Mungkin Anda sudah dapat menerka jenis makhluk yang satu ini. Sudah tak lazim lagi Naga di benak kita merupakan satu sosok makhluk yang melegenda, terutama di daratan Tiongkok. Ada atau tidak? Itu menjadi pertanyaan besar bagi para pembaca. Dan sudah jelas, kebanyakan orang menjawab bahwa binatang satu ini hanya dongeng belaka.
Di sini kami akan mengangkat sedikit kisah ini, percaya tidak percaya. Dalam suatu perjalanan di Negeri Gajah Putih, Thailand, pada satu toko buku di tengah-tengah kota Bangkok, terpampang suatu poster yang sangat menarik dan ajaib, sangat menakjubkan. Seekor Naga. Luar biasa, mereka yang melihat pertama kalinya tercengang.
Dari sinilah kisah itu berawal. Dari ketertarikan terhadap poster ini, dikumpulkan informasi dari berbagai pihak, yang oleh masyarakat Thailand sudah dianggap biasa tapi bagi mereka yang baru pertama kali melihat gambar ini, merupakan cerita seru.
Seekor Naga Betina (Queen of Nagas) dengan panjang 7,80 meter telah dijaring oleh sekelompok tentara Amerika dalam sutu perjalanan di Sugai Mekhong, daerah militer Laos pada tanggal 27 Juli 1973. Apakah ini trik kamera atau bukan, silahkan Anda yang menilai sendiri. Tapi cerita Naga yang hidup di sungai itu sudah sering disaksikan oleh penduduk di tepi sungai tersebut.
Cerita bemula dari salah satu perayaan hari suci agama Buddha, yaitu perayaan hari suci Kathina. Hari suci Kathina adalah hari besar umat Buddhis untuk berdana kepada Sangha (murid-murid Sang Buddha) berupa makanan, jubah, obat-obatan dan persembahan lain keperluan para Bhikkhu.
Setelah berakhir masa bervassa (mengembangkan diri dari sila, samadhi dan panna) di suatu tempat, penduduk di sekitar sungai tempat keberadaan makhluk tersebut, menunggu di tepi sungai untuk menantikan kemunculannya.
Naga akan muncul setahun sekali di permukaan sungai dengan menyemburkan api dari mulutnya sebanyak tiga kali sebagai tanda penghormatan kepada para Bhikkhu yang telah melaksanakan vassa. Apakah peristiwa ini masih dinantikan sampai sekarang, tidak ada informasi mengenai hal itu.
Dan, satu hal yang menjadi tanda tanya besar. Diceritakan bahwa seluruh orang yang berhasil menangkap makhluk ini dengan tawa kepuasan dan kegembiraan atas penderitaan makhluk tangkapannya, satu persatu meninggal dengan cara yang tidak wajar. Antara lain tertabrak, meninggal karena sakit yang tidak diketahui penyebabnya, korban tewas tanpa dikenali, dan lain-lain.
Semua menemui ajal, begitulah cerita yang berhasil dihimpun dari 3 nara sumber di Negeri Thailand., yaitu seorang Bhikkhu, ibu pemilik toko dan salah satu penduduk kota Bangkok.
Begitulah kisahnya. Ada-tidaknya makhluk yang disebut Naga ini, kami serahkan kepada pembaca. (moeh. david aritanto)
Dari kesimpang-siuran ini pula banyak yang tidak dapat membedakan antara istilah Liong dan Dragon. Dragon adalah istilah yang muncul di barat, sementara Liong adalah istilah suku Tionghoa. Dragon sendiri diidentikkan dengan iblis, karena di barat ada simbol yang menyerupai seekor Naga namun tidak sama dengan simbol Naga kepercayaan suku Tionghoa.
Bagi suku Tionghoa, Naga atau yang biasa disebut Liong adalah sebuah simbol keperkasaan, kejayaan, kekuatan, rejeki dan keberuntungan. Naga versi suku Tionghoa selalu memiliki kaki dan tangan sebanyak jari kaki dan jari tangan manusia. Sementara, Dragon oleh kalangan barat diidentikkan sebagai simbol iblis dan gambarnya menyerupai kelompok Dinosaurus.
Di samping itu, Liong versi suku Tionghoa selalu memainkan bola api atau sejenis mustikanya. Bahkan ada juga yang membuatnya berpasangan burung Phoenix (merak), seperti tampak di gambar-gambar latar belakang saat pesta perkawinan suku Tionghoa berlangsung.
‘’Sebagai salah satu suku Tionghoa yang prihatin tentang sejarah, kita harus meluruskan masalah ini agar masyarakat dapat membedakan istilah Dragon dan Liong,’’ ujar Yongsi Lolo (60), yang di kalangan teman-temanya terbiasa disapa Luo Run Jii atau Yongchi.
Pria yang yang tinggal di Jl. Kumala Makassar ini pernah memperoleh pendidikan sekolah Tionghoa XIN HUA ZHONG Makassar, namun tidak sampai selesai karena seluruh sekolah Tionghoa di Indonesia keburu ditutup pada tanggal 8 April 1967.
Sebagai pengungkapan rasa keingin-tahuan tentang ada-tidaknya Liong atau Naga, berikut ini kami sajikan kisah atau cerita di majalah terbitan VIHARA GIRINAGA, yang dikutip salah satu buku terbitan Thailand yang tidak jelas identitas penulisnya :
Mungkin Anda sudah dapat menerka jenis makhluk yang satu ini. Sudah tak lazim lagi Naga di benak kita merupakan satu sosok makhluk yang melegenda, terutama di daratan Tiongkok. Ada atau tidak? Itu menjadi pertanyaan besar bagi para pembaca. Dan sudah jelas, kebanyakan orang menjawab bahwa binatang satu ini hanya dongeng belaka.
Di sini kami akan mengangkat sedikit kisah ini, percaya tidak percaya. Dalam suatu perjalanan di Negeri Gajah Putih, Thailand, pada satu toko buku di tengah-tengah kota Bangkok, terpampang suatu poster yang sangat menarik dan ajaib, sangat menakjubkan. Seekor Naga. Luar biasa, mereka yang melihat pertama kalinya tercengang.
Dari sinilah kisah itu berawal. Dari ketertarikan terhadap poster ini, dikumpulkan informasi dari berbagai pihak, yang oleh masyarakat Thailand sudah dianggap biasa tapi bagi mereka yang baru pertama kali melihat gambar ini, merupakan cerita seru.
Seekor Naga Betina (Queen of Nagas) dengan panjang 7,80 meter telah dijaring oleh sekelompok tentara Amerika dalam sutu perjalanan di Sugai Mekhong, daerah militer Laos pada tanggal 27 Juli 1973. Apakah ini trik kamera atau bukan, silahkan Anda yang menilai sendiri. Tapi cerita Naga yang hidup di sungai itu sudah sering disaksikan oleh penduduk di tepi sungai tersebut.
Cerita bemula dari salah satu perayaan hari suci agama Buddha, yaitu perayaan hari suci Kathina. Hari suci Kathina adalah hari besar umat Buddhis untuk berdana kepada Sangha (murid-murid Sang Buddha) berupa makanan, jubah, obat-obatan dan persembahan lain keperluan para Bhikkhu.
Setelah berakhir masa bervassa (mengembangkan diri dari sila, samadhi dan panna) di suatu tempat, penduduk di sekitar sungai tempat keberadaan makhluk tersebut, menunggu di tepi sungai untuk menantikan kemunculannya.
Naga akan muncul setahun sekali di permukaan sungai dengan menyemburkan api dari mulutnya sebanyak tiga kali sebagai tanda penghormatan kepada para Bhikkhu yang telah melaksanakan vassa. Apakah peristiwa ini masih dinantikan sampai sekarang, tidak ada informasi mengenai hal itu.
Dan, satu hal yang menjadi tanda tanya besar. Diceritakan bahwa seluruh orang yang berhasil menangkap makhluk ini dengan tawa kepuasan dan kegembiraan atas penderitaan makhluk tangkapannya, satu persatu meninggal dengan cara yang tidak wajar. Antara lain tertabrak, meninggal karena sakit yang tidak diketahui penyebabnya, korban tewas tanpa dikenali, dan lain-lain.
Semua menemui ajal, begitulah cerita yang berhasil dihimpun dari 3 nara sumber di Negeri Thailand., yaitu seorang Bhikkhu, ibu pemilik toko dan salah satu penduduk kota Bangkok.
Begitulah kisahnya. Ada-tidaknya makhluk yang disebut Naga ini, kami serahkan kepada pembaca. (moeh. david aritanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar