23 Oktober 2008

Muh. Rianjar, Pecatur Otodidak dari Maluku




MENJADI seorang atlet catur memang membutuhkan latihan yang cukup. Terutama, bagaimana melatih konsentrasi, teknik dan perhitungan yang matang dalam menghancurkan pertahanan lawan. Salah melangkah, fatal akibatnya. 
 
Inilah yang menjadi pegangan bagi bocah cilik bernama Muhammad Rianjar. Sejak mengenal catur tiga tahun lalu, anak kedua dari pasangan Mustafa Kamal-Rahima Fatalay ini kebiasaannya berubah drastis. 

Kalau sebelumnya dia hanya dibolehkan belajar pelajaran sekolah di malam hari oleh orang tuanya, sejak kenal catur kebiasaannya berubah. Hari-harinya, hampir tak putus dilalui dengan belajar catur.

‘’Setiap malam saya berlatih selama satu setengah jam,’’ ungkapnya saat ditemui di kediamannya di dusun Wara, Desa Batumerah, Ambon.  

Hasil dari usaha kerasnya itu sudah dirasakan. Anak kelahiran Ambon, 24 Desember 1996, ini berhasil mengukir prestasi terbaik dan mengharumkan nama Maluku di event nasional. Mungkin baru pertama dilakukan anak seusianya di daerah ini.

Dari tiga event berskala nasional yang diikuti, murid kelas lima SD ini mampu bersaing ketat, bahkan berberapa lawannya yang sudah kenyang dengan teori–teori catur hasil godokan sekolah-sekolah khusus catur, berhasil dikalahkan.

Talenta yang dimiliki Onyong, begitu dia disapa, juga sempat membuat Grand Master (GM) Utut Adiyanto terkagum-kagum kepadanya.

‘’Seharusnya Onyong memiliki peluang besar untuk menjadi pemenang pertama, karena kemampuan Onyong jauh lebih bagus dari para lawan-lawannya. Hanya saja, dia memang masih butuh banyak teori,’’ terang sang bapak, Mustafa Kamal, menirukan pujian Utut Adiyanto saat bertemu di Pekan Olahraga Tingkat Sekolah Dasar (Pornas) 2007 di Jakrata. 

Menjawab pertanyaan seputar awal dirinya mengenal olahraga catur, anak yang senang pelajaran matematika ini mengakui, mulanya hanya suka menonton tetangganya bermain catur. Beberapa kali menonton permainan catur, dia mulai tertarik dan suka pada permainan tersebut.

‘’Beta suka catur, karena permainannya butuh konsentrasi dan hitungan. Dari situ beta mulai belajar sandiri. Sampai sering main catur dengan bapak,’’ ungkapnya.  

Melihat anaknya senang dan punya bakat di olahraga itu, sang bapak Mustafa mulai meminta anaknya terus berlatih tanding dengan melawan orang yang dianggap lebih pintar, guna mengasah pengetahuannya.

Sampai akhirnya, pada awal tahun 2006 lalu, Onyong didaftarkan SD Inpres 19 Waihaong, tempat dia mengeyam pendidikan, sebagai peserta mewakili sekolah tersebut di turnamen catur yang digelar Kantor PLN Wilayah Maluku-Maluku Utara.

Hasilnya cukup menggembirakan. Dari sekian anak yang ikut bertanding pada tinggkat sekolah dasar saat itu, Onyong berhasil meraih juara tiga.

‘’Saat itu ada empat orang yang beta anggap cukup berat, yaitu Yamsen, Ajai, Def dan Andre. Yamsen kalahkan beta di kejuaran PLN, tapi dong sekarang bukan beta pung lawan lagi,’’ cerita Onyong mengenang saat mengikuti kejuaran tersebut.

Prestasinya sebagai pecatur junior terus naik, setelah berlatih sekian lama, dia pun berhasil meraih juara pertama dalam turnamen serupa. Di tahun yang sama pula, Onyong kemudian mengikuti seleksi Pornas tingkat SD se -Maluku. 

Seleksi tersebut cukup ketat, karena untuk lolos ke Pornas mewakili daerah Maluku di tingkat nasional, dia harus bertanding melewati empat tahapan seleksi. Selaksi pertama dilakukan di tingkat sekolah, kemudian gugus, kecamatan, kabupaten/kota dan yang terakhir tingkat provinsi.

Keuletannya belajar catur, membuat Onyong akhirnya lolos empat tahapan seleksi tersebut dan ditetapkan sebagai wakil Maluku di tingkat nasional, Agustus 2006 lalu.  

Berlaga di Pornas, dia harus berjuang keras melawan rekan-rekannya yang sudah matang teori catur. Anak kedua dari empat bersaudara ini, terpaksa harus tersingkir dan hanya meraih peringkat 11 nasional.

Kini kehadirannya sebagai pecatur junior, mulai diperhitungkan lawan-lawannya. Meski hanya bermodalkan otodidak, di tingkat nasional Onyong mulai membuat para pecatur junior lainnya menjadi kewalahan.

Langkah-langkah buah catur yang digerakkan tak bisa lagi dianggap remeh. Buktinya, saat mengikuti Kejurnas Catur ke-39 tingkat SD di Surabaya, Juli 2007 lalu, beberapa lawannya harus takluk di tangannya.

Peringkatnya pun mulai meroket. Dia meraih peringkat ke-5 tingkat nasional di event tersebut. Dan sebulan kemudian, dia kembali bertanding di Jakarta pada Pornas yang digelar 14 Agustus 2007.  

Onyong terus menjadi perhatian, setelah dia berhasil mengalahkan lawan beratnya, Ridho Taufandy, yang juga Master Nasional (MN) dan berhasil menyabet juara dua tingkat nasional. 

Pengagum Grand Master (GM) Nasional Susanto Megaranto ini mempunyai obsesi ingin menjadi seorang Grand Master Nasional. Kesempatan untuk meraih impian itu makin terbuka. 
 
Setelah dia kembali mengukir prestasi gemilang saat mewakili Kantor PLN Wilayah Maluku-Maluku Utara dalam turnamen catur PLN tingkat nasional. Di turnamen yang berlangsung September 2007 itu, Onyong berhasil meraih juara satu tingkat pelajar SD se-Indonesia. Kemudian juga meraih peringkat lima kejuaraan Asia yang digelar di Hotel Century Park, Jakarta.
 
Dengan berbagai prestasi dan kesempatan ini, setidaknya langkah awal untuk Onyong mewujudkan obsesinya makin terbuka lebar. Bocah yang bercita-cita masuk AKABRI ini juga kemungkinan akan mendapat kesempatan emas untuk bertanding di luar negeri
mewakili PT PLN Indonesia.

‘’Saat ini beta hanya membutuhkan fasilitas berupa satu unit laptop sebagai alat untuk memperkaya ilmu dalam bidang olahraga catur,’’ ungkapnya. (syarafudin pattisahusiwa)

Tidak ada komentar: