16 Oktober 2008

Fanny Phie Penuhi Janji



PEKAN Olahraga Nasional (PON) XVII/2008 di Kalimantan Timur, Juli lalu, menjadi milik Fanny Phie. Betapa tidak. Dari enam kali PON yang dia ikuti, baru kali inilah dia mampu mempersembahkan emas untuk daerahnya, Sulawesi Selatan. Kali ini dia tampil gemilang. Lawannya satu demi satu dirontokkan melalui pertarungan singkat, ippon.


Pada pertarungan final melawan Livia Susanto dari Lampung yang menjadi langganan lawannya di berbagai event, Fanny hanya membutuhkan waktu 1.5 menit untuk menjatuhkan lawannya. Livia tampak kecewa sekali dengan kekalahan tersebut, sampai-sampai mencucurkan airmata.


Kejutan Fanny memang tidak hanya di partai final. Pada partai semifinal melawan Sri Wahyuni, pejudo tuan rumah yang dijagokan banyak orang, Fanny hanya membutuhkan waktu 1 menit untuk menyingkirkan lawannya.


Tetapi yang paling spektakuler ketika melawan Marcelina Nona dari Bali. Pejudo dari Pulau Dewata itu hanya punya kesempatan 22 detik untuk bertahan, sebelum menerima ippon keunggulan adik kandung Hengky Phie, yang juga peraih medali emas PON XV/2000 tersebut.


Ketika menghadapi pejudo tangguh dari Jawa Barat, Raisya Puspita, Fanny juga tidak memberi waktu lama kepada lawannya. Atlet dari daerah Parahiyangan itu hanya diberi waktu 25 detik bertahan, sebelum Fanny menghadiahkan ippon kepadanya.


Sukses merebut medali emas ini diakui Rasyid Gosal, pelatih Fanny, merupakan buah dari latihan kerasnya selama ini. Latihan keras itu bukan saja untuk diri Fanny sendiri, melainkan bagi Sulawesi Selatan.


‘’Dalam seminggu dia berlatih 12 kali latihan,’’ ungkap Karia Djusaib, asisten pelatih Fanny.


‘’Saya kira, medali emas ini merupakann hasil doa masyarakat Sulsel,’’ timpal Rasyid Gosal.


Fanny Phie, perempuan kelahiran Makassar 4 November 1975, memang termasuk andalan Sulsel untuk cabang Judo. Nama Fanny tak asing lagi di matras. Dari kalangan perempuan bersaudara delapan orang ini, tiga di antaranya memang akrab dengan olahraga banting membanting. Saudaranya yang lain adalah Hendrik Phie. Hanya saja, dia tidak sepopuler Hengky dan Fanny.


Bungsu delapan bersaudara ini tahun 1993 mencatatkan diri sebagai peminat olahraga Judo. Kehadiran Fanny pada tahun itu tak membuah hasil. Belum memberikan predikat juara.


Saat ikut PON XIV tahun 1996 di Jakarta, turun di kelas -72 kg, Fanny hanya kebagian perunggu. Pada dua PON berikutnya, di Jawa Timur dan Sumatera Selatan, lagi-lagi Fanny kebagian perunggu. Agaknya, medali perunggu terasa akrab dengan perempuan tomboi ini.


Pada PON Jawa Timur tahun 2000, Fanny turun di kelas -70 kg, sementara di Sumatera Selatan tampil di kelas +78 kg. Dia memang termasuk pemegang ranking teratas di kelas + 78 kg.


Dalam event-event lain, misalnya pada Kejurnas 2005 di Ciloto, turun di kelas 78 kg plus, Fanny masih karib dengan perunggu. Barulah pada kejuaraan Wismoyo Cup, dia manyabet juara I. Begitu pun ketika Kejuaraan Kapolri Cup di Bali tahun 2006, dia turun di kelas 78+. Juara I juga dia raih dalam Kejuaraan Open Indonesia Timur di Manado pada tahun yang sama.


‘’Saya akan berusaha memberikan yang terbaik buat Sulsel. Saya akan tampil semaksimal mungkin untuk mempersembahkan medali,’’ begitu janji Fanny saat ditandangi di sela-sela berlatih di Sekretariat KONI Sulsel, menjelang terbang ke Kaltim. Ternyata, Fanny memang memenuhi janjinya. Menyumbangkan medali emas, yang pertama pula untuk Sulawesi Selatan pada PON XVII-2008 Kalimantan Timur. Selamat! (M.Dahlan Abubakar)

Tidak ada komentar: