29 Oktober 2008

Kabupaten Muna, Membuka Akses Pasar


Aktivitas di Pelabuhan Muna


KABUPATEN Muna adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan Ibu kota di Raha. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.887 km² dan berpenduduk sebanyak 300 ribu jiwa lebih.


Secara geografis, Kabupaten Muna sulit untuk berkembang. Tapi berkat kerja keras Pemkab Muna di bawah kepemimpinan Bupati Ridwan BAE, daerah yang dikenal dengan kayu jatinya itu kini mulai menggeliat, berusaha mensejajarkan diri dengan daerah lainnya yang telah maju.


Membuka akses pasar dan transportasi, baik darat, laut maupun udara, merupakan prioritas utama pembangunan Kabupaten Muna. Karena dalam persoalan infrastruktur perhubungan, seperti diakui bupati, daerahnya sangat terisolir. Sebab, tidak disinggahi kapal-kapal niaga, dan tidak disinggahi penerbangan-penerbangan yang sifatnya komersil.


‘’Upaya membuka akses tersebut untuk mendorong pertumbuhan, minimal sifat masyarakatnya dulu. Karena setelah melihat pasar terbuka, akses terbuka, rakyat akan termotivasi dengan sendirinya,’’ terang Ridwan saat ditemui ProFiles di ruang kerjanya.


Dengan terbukanya akses, sambung Ridwan, emosional masyarakat akan tumbuh dan pasar pun akan kompetitif, karena masyarakat dengan mudah dapat menjual hasil produksinya dengan harga yang cukup mahal. Demikian pula barang-barang yang diperlukan masyarakat, harganya akan jauh lebih murah karena transportasinya sudah mudah dan lancar. Dengan demikian, daya beli masyarakat akan lebih besar.


‘’Kami menggenjot pembangunan infrastruktur dasar prasarana perhubungan, dengan pertimbangan kepentingan membuka akses pasar atas hasil-hasil bumi, terutama bidang pertanian secara umum,’’ beber Ridwan.


Harus diakui, perkembangan pembangunan di Kabupaten Muna secara signifikan memang cukup menggembirakan. Selain menggenjot pembangunan infrastruktur dasar, dalam hal ini akses pasar dan pembukaan wilayah yang terisolir serta perhubungan, termasuk pelabuhan rakyat di wilayah kepulauan, Pemkab Muna juga melakukan penguatan modal bagi usaha kecil dan menengah. Upaya memberikan keringanan bunga dan keringanan syarat-syarat kredit dilakukan Pemkab Muna bekerja sama dengan BPD Sultra Cabang Raha.


Selain itu, juga dilakukan penataan kota Raha sebagai ikon Kabupaten Muna. Ini merupakan upaya meletakkan kerangka dasar dalam menyahuti aspirasi masyarakat untuk membentuk kota Raha sebagai daerah otonom.


Pada 2002 lalu, Ridwan menggagas kota Raha menjadi kawasan pengembangan sarana olahraga yang dapat dibanggakan, bukan saja rakyat dan Pemerintah Kabupaten Muna, tetapi juga Sulawesi Tenggara.


Pembangunan kawasan olahraga dengan penyediaan sarana dan fasilitas modern diharapkan menjadi daya tarik, sehingga makin banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke kota kecil di tepi Selat Buton itu.


Untuk mengabadikan Raja Muna yang terakhir, kawasan itu diberi nama Kawasan Olahraga La Ode Pandu. Di kawasan itu sekarang berdiri megah gedung olahraga serbaguna berkapasitas 3.000 orang, stadion kolam renang berdaya tampung 1.000 penonton dengan menara loncat indah standar nasional, dan sebuah kolam arena dayung.


Pada saat membuka Pekan Olahraga Daerah (Porda) Provinsi Sulawesi Tenggara, Juli 2007, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault bahkan mendeklarasikan Raha sebagai pusat pengembangan olahraga perairan di kawasan timur Indonesia.


Pertimbangannya, Raha telah memiliki sarana dan fasilitas olahraga perairan yang memadai seperti cabang dayung, renang, loncat indah, polo air, selam, dan ski air. Bukan cuma itu. Kabupaten Muna selama ini menjadi gudang atlet dayung berprestasi di tingkat nasional, Asia Tenggara, dan dunia.


Upaya Pemkab Muna di bawah kepemimpinan Bupati Ridwan BAE mendobrak kebekuan kota Raha dinilai banyak pihak cukup berhasil. Kawasan Olahraga La Ode Pandu kini telah berfungsi sebagai ruang publik, obyek rekreasi bagi warga kota yang kini sekitar 110.000 jiwa. Obyek paling ramai adalah stadion renang.


Ketika ditanyakan tentang pendidikan dan kesehatan gratis yang kini jadi jualan politik di berbagai daerah di Indonesia, Bupati menyatakan pihaknya belum memberlakukan pendidikan gratis di daerahnya.


‘’Yang kami genjot saat ini adalah perluasan akses pendidikan, dengan menyediakan atau membangun infrastruktur pendidikan, terutama gedung SMA, melalui dana APBD, dengan tujuan mendekatkan sekolah pada setiap wilayah pemukiman masyarakat,’’ paparnya.


Menurut Ridwan, hingga kini pihaknya telah membangun 14 gedung SMA dan 3 gedung SMP. Khusus SMK, pihaknya bersama pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas, telah membangun 3 unit sekolah.


‘’Alhamdulillah, upaya kami ini rupanya tidak luput dari perhatian pemerintah pusat, sehingga pada bulan Mei lalu kami ditetapkan sebagai salah satu daerah penerima pin emas,’’ tuturnya, seraya menambahkan, pihaknya pada tahun anggaran ini mengalokasikan dana dari APBD sebesar Rp 38 M atau sekitar 19 persen dari total APBD.


Untuk sektor kesehatan, lanjut Ridwan, Pemkab Muna telah memberlakukan pelayanan kesehatan gratis pada setiap Puskesmas sejak Januari 2005 lalu, mendahului program pemerintah pusat yang baru turun pada Agustus 2005.


Seperti daerah lainnya di Sulawesi Tenggara, potensi pertambangan di Kabupaten Muna juga cukup menjanjikan, seperti minyak, aspal, semen, marmer, batu gamping, dan pasir kuarsa. Namun, seperti diakui bupati, hingga kini belum ada investor yang berinvestasi di bidang pertambangan. Padahal, untuk menarik minat investor, pihaknya memberikan kemudahan pelayanan, termasuk pembebasan dari pajak selama 5-10 tahun, tergantung dari nilai investasi.


‘’Kendalanya adalah masalah akses transportasi,’’ aku Ridwan.


Demikian pula potensi wisatanya, tak kalah menariknya dengan daerah lainnya. Namun, sejauh ini belum bisa dibanggakan, antara lain karena belum diolah secara profesional sehingga kehadirannya belum memberi arti bagi kas PAD. Dengan demikian, potensi wisata Kabupaten Muna juga belum bisa menyulap tingkat kesejahtreraan warganya.


Ridwan menyebutkan, Pemkab Muna akan mengupayakan potensi wisata yang ada diolah secara profesional oleh kalangan investor. Karena itu, Pemkab Muna saat ini gencar melobi kalangan swasta untuk menanamkan investasinya di sektor kepariwisataan.


‘’Terus terang, Pemkab Muna memiliki keterbatasan dana untuk mengolah potensi wisata yang ada. Karena itu, kepada investor yang siap bekerja sama, Pemkab akan membantu kelancaran administrasinya, juga penyediaan tenaga kerja siap pakai,’’ ujar Ridwan.


Terlepas dari beberapa kekurangan yang masih nampak di sana sini, apa yang telah dilakukan Ridwan sudah cukup berarti bagi masyarakat Muna. Karena itu, Ridwan berharap penggantinya kelak menindaklanjuti program-program yang telah dirintisnya.


‘’Saya berharap pengganti saya nanti memiliki visi yang sama. Jika tidak, saya yakin Muna akan tinggal di tempat,’’ terang Ridwan.


‘’Saya belum bermanfaat apa-apa di mata masyarakat sekarang. Tapi dengan terbukanya akses, percayalah 5, 10 atau 20 tahun yang akan datang mereka akan ingat siapa yang buat ini,’’ pungkasnya. (Nining)

Tidak ada komentar: