Profil Nurdin Taqwa
Empo Bunting Nipassa
Riangrongku Rimanggeku
Eroka Tea Andi
Jari Ngaseng Ri Ero’na
Punna Nia Bunting Beru
Empo Buntingi Nipasang
Inakke Mintu Andi
Empoan Tari Erokku
PENGGEMAR lagu-lagu daerah Makassar tentunya masih ingat dengan penggalan lagu di atas. Meski sudah cukup lama direkam, namun lagu berjudul Kuburu Tanibungai yang ngetop pada 1980-an itu masih sering terdengar hingga kini.
Penyanyi yang membawakan lagu tersebut adalah Nurdin Taqwa. Pria kelahiran Bantaeng 5 Maret 1949 itu belum meninggalkan dunia tarik suara yang membesarkan namanya. Sesekali ia masih menerima order manggung di berbagai panggung hiburan di Makassar dan sekitarnya.
‘’Sebenarnya saya sudah ingin istirahat dari dunia tarik suara, tetapi masih sering ditawari manggung. Sehingga, bagaimanapun juga, tawaran tersebut saya terima sebagai sebuah kepercayaan,’’ tuturnya.
Di luar kegiatan menyanyinya, Nurdin lebih banyak menghabiskan waktunya membantu istrinya, Sumiati Dg Sunggu, berjualan di emperan ruko di Pasar Sentral (Makassar Mal). Pasangan suami-istri ini menjual pakaian jadi untuk konsumsi anak-anak hingga orang dewasa.
Bagi Nurdin, berjualan di kaki lima bukanlah pekerjaan hina. Sebab, menurutnya, pekerjaan tersebut harus dijalankan dengan penuh kesabaran, kejujuran, ketabahan, serta mengedepankan rasa syukur kepada Allah SWT.
‘’Saya dan istri berjualan pakaian jadi, terutama pakaian dalam untuk laki-laki dan perempuan. Saya sangat senang walaupun hasilnya tidak begitu besar,’’ aku Nurdin saat ditemui di tempat jualannya.
Menurut Nurdin, berjualan pakaian jadi sangat menyenangkan dan membahagiakan. Tapi, di sisi lain, ia dituntut harus sabar dan tabah menghadapi karakter pembeli yang bermacam-macam seleranya.
‘’Saya sangat mensyukuri pekerjaan ini, dan Alhamdulillah kami pun bisa menutupi kebutuhan keluarga. Sebab, rezeki itu datangnya dari Allah SWT, dan yang terpenting adalah pandai mensyukurinya,’’ jelasnya.
Nurdin mengasah bakat menyanyinya sejak usia 15 tahun, bermodalkan kemauan serta motivasi dari dalam dirinya sendiri. Ia mengaku tetap enjoy dalam menghadapi segala tantangan saat itu.
‘’Terjun ke dunia tarik suara merupakan kemauan saya sendiri, sama sekali bukan karena dorongan orang tua. Menyanyi memang hobi saya,’’ cetusnya.
Untuk meningkatkan kemampuannya di dunia tarik suara, Nurdin bergabung dengan Orkes Melayu Candra Lela. Setiap kali grup musik tersebut diundang manggung, Nurdin selalu didaulat untuk menyumbangkan satu-dua hingga beberapa buah lagu dangdut, baik oleh pimpinan orkes maupun masyarakat. Hal itu tak disia-siakannya. Karena sering manggung, bapak dua anak ini akhirnya merasa terbiasa, sekaligus menumbuhkan rasa percaya dirinya.
‘’Setelah Muchsin Alatas hijrah ke Jakarta, saya masuk menggantikannya di Orkes Melayu Candra Lela. Grup musik ini memberikan andil yang sangat besar sekali bagi saya dalam menapaki karier di dunia tarik suara,’’ aku Nurdin sembari tersenyum.
Setelah bertahun-tahun malang melintang dari satu panggung ke panggung hiburan lainnya, nama Nurdin Taqwa pun mulai dikenal. Seiring dengan itu, ia mendapat kesempatan masuk dapur rekaman membawakan lagu-lagu daerah Makassar.
Pada awalnya, rekaman dilakukan secara bergantian di studio-studio mini yang ada di kota Makassar, di antaranya Libel Record dan Special Record. Tapi pada 1981, ia mengambil keputusan untuk pindah rekaman ke Irama Baru Record, sampai sekarang.
‘’Kalau dihitung-hitung, jumlah lagu saya secara keseluruhan sejak 1981 ada sekitar 40 lebih. Dari jumlah sebanyak itu, sebagian dianggap kurang ngetop oleh masyarakat. Itu merupakan hak orang untuk mengapresiasi. Namun, saya tetap bangga dengan itu semua, dan tentu saja sangat berharga sebagai hasil karya seni putra daerah Makassar pada masa itu,’’ paparnya.
Menurut Nurdin, tidak sedikit pula masyarakat pencinta lagu-lagu daerah Makassar yang mengakui bahwa tembang-tembang yang dibawakannya memiliki kualitas yang tiada duanya.
‘’Lagu saya yang pertama dan saat itu cukup populer di Sulsel adalah Kuburu Tanibungai, serta lagu yang terakhir rekaman di Libel Record berjudul Teako Palla ciptaan Iwan Tompo, dan saat ini di Irama Baru Record masih ada lagu lama yang kembali kita angkat, termasuk lagu ciptaan Dg Manjia dan Basse Nandong,’’ bebernya.
‘’Saya dan keluarga sampai sekarang masih tetap memfavoritkan lagu itu,’’ tambahnya.
Nurdin mengaku tidak ingat berapa banyak kaset yang terjual ketika lagu Kuburu Tanibungai meledak di pasaran karena digandrungi masyarakat Sulsel pada umumnya dan Makassar khususnya. Tapi, yang pasti, saat itu ia merasa bangga lantaran bisa terkenal dan dikenal di mana-mana.
‘’Yang paling saya ingat, nama saya terorbit pertama kali pada 1981. Andaikata saya gagal pada saat itu, maka tidak akan dikenal sampai sekarang,’’ ungkap Nurdin.
‘’Meskipun sekarang tidak sepopuler pada masa lalu, namun ada sebagian orang yang masih menyebut sekaligus mengagungkan nama saya,’’ sambungnya.
Pria murah senyum ini ternyata sampai sekarang masih rekaman di Irama Baru Record, tetapi waktunya terjadwal, misalnya dalam tiga bulan satu kali rekaman, atau dalam tiga bulan dua kali.
Hal itu dilakukannya karena ia masih tetap ingin mengorbitkan lagu-lagu daerah Makassar. Tapi, ia berharap anak-anak muda sekarang memiliki motivasi untuk memajukan dan melestarikan aset tersebut.
Nurdin merasa senang karena sekarang telah bermunculan penyanyi-penyanyi muda berbakat, di antaranya adalah kemenakannya sendiri, Ridwan Sau. Penyanyi berusia 21 tahun hasil polesan Anci Laricci itu pernah ikut audisi KDI di Makassar dan masuk 5 besar sekaligus mewakili Makassar. Tetapi pada saat tampil di Jakarta gagal menorehkan prestasi terbaik dan hanya sampai dua besar, sehingga ia sekarang memfokuskan diri rekaman di Irama Baru Record.
‘’Kita harus memberikan support kepada penyanyi muda. Mudah-mudahan mereka mampu menjadi penentu dan penerus pada masa-masa mendatang supaya jangan terputus regenerasi penyanyi-penyanyi daerah. Menjadi harapan kita agar mereka tetap melestarikan lagu-lagu daerah sebaik mungkin,’’ harapnya.
Sebagai penyanyi senior yang telah berpengalaman di dunia nyanyi dan rekaman, Nurdin merasa tertantang dan siap memberikan bimbingan kepada kawula muda Makassar yang membutuhkan pandangan serta bimbingan dalam mengembangkan bakat menyanyinya.
Saat ini, papar Nurdin, dunia hiburan adalah segala-galanya dan sangat menyenangkan, apalagi jika dihayati dengan baik. Karena tanpa hiburan, hidup ini rasanya hampa. Selain itu, jika mampu berbuat secara profesional di dunia hiburan, maka tidak hanya sebagai hiburan semata, namun bisa menjadi ladang untuk mencukupi kebutuhan hidup alias mata pencaharian.
‘’Tidak sedikit perasaan bahagia nan puas jika menjiwai seni dengan baik, tetapi tidak sedikit pula kendala yang dihadapi, terutama jika tidak ada kesiapan mental, apalagi tidak belajar dengan sungguh-sunggguh. Makanya, segala yang menjadi kendala dalam bernyanyi, saya pikir tergantung person yang bersangkutan, apakah mau banyak belajar atau malas dan cepat putus asa,’’ tuturnya.
Soal belajar menyanyi ini, Nurdin tak melupakan jasa Rahmansyah dan Hamzah M (amarhum), dua sosok yang memberikan pelajaran pertama tentang menyanyi kepadanya. Karena berkat jasa kedua orang tersebut, dirinya bisa menjadi penyanyi tenar dan populer.
Selama menjadi penyanyi rekaman, Nurdin belum pernah memperoleh royalti. Tapi, hal itu tak dianggapnya sebagai problem dalam kehidupannya.
‘’Sampai sekarang saya belum pernah menerima royalti. Mungkin karena kondisi kota Makassar yang tidak sama dengan Jakarta, yang tentu saja sangat menghargai hasil karya orang lain, atau mungkin karena peredarannya yang masih terbatas. Tetapi jika diberikan royalti, ya tentu kami sangat bersyukur, sebab itu merupakan bagian dari penghargaan yang sangat berarti,’’ tuturnya.
Bisa dipahami jika Nurdin tak terlalu memusingkan soal royalti, karena ia memiliki keluarga yang penuh pengertian dan mendukung penuh aktivitasnya. Sang istri, Sumiati Dg Sunggu, selalu setia mendampinginya dan tak menuntut macam-macam.
‘’Sejak awal mengenal dia, saya memang bertekad untuk tetap setia mendampinginya, sebagai bentuk dukungan sekaligus memberikan peluang dan kesempatan untuk berkarier sebagai penyanyi terkenal, dan Alhamdulillah kami berdua bisa tetap bahagia dengan membangun keluarga ini secara harmonis,’’ ujar Sumiati, yang mendampingi suaminya saat wawancara.
‘’Bahkan ketika saya masih punya anak satu, sedapat mungkin meluangkan waktu untuk mendampinginya keluar daerah seperti Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Jeneponto, hingga ke pulau-pulau, termasuk pulau Samalona,’’ tambahnya.
Pasangan Nurdin Taqwa-Sumiati Dg Sunggu dikaruniai dua anak, Fadhil Taqwa dan Fadiah Ramadhani Taqwa. Meskipun di antara keduanya ada yang suka menyanyi, namun tak ada yang mengikuti jejak ayahnya.
‘’Saya tidak tahu kenapa tidak ada yang mengikuti jejak saya. Mungkin karena tidak ada bakatnya,’’ tutup Nurdin. (wahyudin)
Biodata
Nama : Nurdin Taqwa
TTL : Bantaeng, 5 Maret 1949
Istri : Sumiati Dg Sunggu
Anak : Fadhil Taqwa (Kelas III SMA)
Fadiah Ramadhani Taqwa (Kelas IV SD)
Alamat : Jl Laiya Lorong 124 B/23 (Depan SD Gaddong)
Telp: (0411) 334 525
HP. 085299076837.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar