25 September 2008

Dekan Petambak


Profil Drs Hasanuddin M.Kes

DIAM-DIAM, Drs Hasanuddin M.Kes punya kegiatan sampingan di luar tugas-tugas akademiknya. Kegiatannya ini terhitung aneh. Betapa tidak. Jika sebagian pejabat lebih senang berburu jabatan strategis di lingkungan kerjanya, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM) ini malah menggeluti dunia kerja lain yang justru jauh dari basisnya sebagai akademisi.
  Kegiatan sampingan yang ditekuni suami Dra Marlina ini, untuk mengisi waktu luangnya, tak lain adalah bertambak. Dia mengaku jatuh cinta dengan dunia pertambakan. 
  ‘’Jujur saya katakan, awalnya hanya sekedar hobi, karena sejak kecil saya memang sangat suka dunia bahari atau yang berkaitan dengan laut. Selain itu, saya juga melihat bahwa dengan menjalani usaha ini, jika kita sabar dan tekun tentu akan memberikan sesuatu yang bermanfaat. Bukan tidak mungkin akan membuka peluang bisnis yang menjanjikan,’’ tuturnya.
  Pria kelahiran Selayar 4 Oktober 1961 yang dikenal sangat familiar di lingkungan civitas akademika UNM ini mengakui, kegiatan bertambak yang digelutinya sejak 2004 telah menjadi bagian dari rutinitas hidupnya sehari-hari. Tidak hanya sebagai lahan bisnis, tetapi juga sebagai sarana untuk refreshing keluarga serta seluruh kerabat serta rekan kerja.
  Keseriusannya mengelola tambak, ungkap pria yang sudah dua periode menjabat Dekan FIK ini, muncul pada tahun 2005 setelah banyak belajar dari relasi serta orang-orang dekatnya yang mengerti betul seluk beluk tambak.
  ‘’Sejak itu, saya berpikir, mengelola tambak itu sebenarnya mengasyikkan. Dan, jika dikelola dengan baik, bisa menjadi lahan bisnis yang sangat menjanjikan,’’ tutur Dekan FIK yang dikenal vokal ini.
  Tentang pengetahuannya bertambak, beber Hasanuddin, didapatnya dari sharing dengan orang yang memang ahli di bidang pertambakan serta teman-teman dekatnya yang kebetulan memiliki kemampuan bertambak yang baik.
  ‘’Saya banyak berdiskusi dengan teman-teman, terutama saudara saya, Bakti Baramuli. Selain itu, saya juga membaca banyak buku tentang tambak, termasuk membaca biografi tokoh penambak sukses,’’ jelas pria yang menyelesaikan pendidikan Magister Kesehatan di Universitas Padjajaran Bandung itu.
  Bapak 5 putra dan 1 putri yang juga intens mengikuti perkembangan dunia politik ini mengakui, kecintaannya pada dunia tambak kini semakin tidak terbendung lagi. Hal itu dapat dibuktikan dari areal tambak yang digarapnya, seluas 14 hektar.
  ‘’Saya bersyukur kepada Allah Swt karena diberi kemudahan mengelola 14 hektar areal tambak. Sepuluh hektar statusnya masih kita kontrak dari orang lain, dan selebihnya - 4 hektar - sudah berstatus milik pribadi keluarga kami,’’ akunya.
  Dekan yang menggantikan Prof Dr HM Anwar Pasau MA (sekarang Pembantu Rektor I Bidang Akademik UNM) sebagai Pengganti Antar Waktu (PAW) pada periode pertama ini menyebutkan bahwa dengan banyak belajar, proses pengelolaan tambak akan berbeda dengan petambak tradisional.
  ‘’Jika petambak tradisional belum memiliki kemampuan yang terukur dalam mengelola, maka kami sudah mampu menerapkan hal itu secara intensif dan terukur, termasuk menjalankan proses kontrol terhadap keseluruhan komponen dalam tambak, seperti tingkat keasaman tanah, air, maupun dalam memilih bibit benur unggul,’’ terangnya.
  Meski sudah jatuh cinta pada tambak dan merasakan hasilnya, Hasanuddin mengakui bahwa aktivitas sampingan di luar bidang tugasnya sebagai seorang dekan itu bukanlah segalanya.
  ‘’Saya ini seorang akademisi dan juga PNS, tentu akan selalu mengedepankan tugas utama saya, ketimbang mengurusi yang lain. Namun jika suatu saat saya pensiun, maka tambak tentu menjadi pilihan hidup saya selanjutnya,’’ ujarnya.
  Bagi pengurus Panahan dan Squash Sulsel ini, bertambak itu adalah kesenangan, dan ia mendapatkan kebahagiaan tersendiri dalam menjalani aktivitas tersebut meskipun terkadang juga menghadapi kendala. 
  ‘’Bertambak itu memberikan kepuasan tersendiri bagi saya dan keluarga. Kepuasan tersebut bukan karena banyaknya hasil yang diperoleh, tetapi lebih dari itu. Kami puas lantaran bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain di sekitar kita,’’ paparnya.
  Ketika ProFiles meminta pandangannya terkait prestasi olahraga Indonesia secara umum dan Sulsel pada khususnya, yang kini dalam kondisi terpuruk, pengurus Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI) Sulsel ini menegaskan, untuk membenahi prestasi, dibutuhkan kemauan serta dukungan yang mendasar dari berbagai pihak, terutama dari pemerintah. Sebab, menurutnya, Indonesia menghadapi masalah yang kompleks sehingga harus dibenahi secara profesional.
  ‘’Kalau prestasi kita mau meningkat agar bisa bersaing dengan sejumlah negara lainnya yang kini maju dalam bidang olahraga, maka tidak ada kata tidak dan tidak ada kata terlambat selain membenahi berbagai hal. Salah satu di antaranya adalah membenahi struktur organisasi, butuh dukungan masyarakat, pemerintah serta dilakukan pembinaan berjenjang sejak usia dini,’’ cetusnya.
  Dia menyebutkan, UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Pembinaan Olahraga Nasional merupakan payung hukum yang mesti dijalankan secara menyeluruh dan mengikat supaya bisa meraih prestasi yang diharapkan.
  ‘’Kuncinya, payung hukum ini harus dijalankan secara profesional. Makanya, perlu tersosialisasikan dengan baik,’’ tegasnya. (wahyudin)

Biodata

Nama : Drs Hasanuddin M Kes

TTL    : Selayar, 4 Oktober 1961

Isteri  : Dra Marlina

Anak  : 6 Orang, 5 Laki-Laki dan 1 Perempuan

Hobi : Olahraga dan Memancing

Jabatan: Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM

Pendidikan :

SI IKIP Ujung Pandang

S2 Universitas Padjajaran Bandung

Organisasi :

1. Pengurus Persatuan Squash Indonesia (PSI) Pengprov Sulsel  

2. Pengurus Panahan Sulsel

Tidak ada komentar: