29 Oktober 2008


DILIHAT dari kondisi topografinya, Kabupaten Muna pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata kurang dari 100 meter di atas permukaan laut. Karena itu, tak mengherankan bila banyak warga – terutama tamu dan pendatang - yang mengaku kesulitan menemukan lokasi berhawa sejuk dan dingin di daerah ini. Namun demikian, bukan berarti tidak ada tempat indah dan berpanorama alam menarik yang mampu memberikan kenyamanan selama di Muna.


Keindahan panorama alam yang ada di beberapa wilayah dalam Kabupaten Muna itu menjadi salah satu andalan daerah tersebut untuk menarik pengunjung dan mendatangkan pemasukan dari sektor pariwisata dan budaya.


Sejumlah potensi pariwisata yang tengah mendapat perhatian besar pemerintah setempat antara laian :


Danau Napabale

Danau alam berair asin ini sangat indah dan tenang. Sebuah terowongan berpenampang 16 meter persegi menghubungkan danau yang berair jernih dan hijau kebiruan ini dengan laut lepas. Bongkahan-bongkahan batu karang berselimutkan pepohonan hijau mencuat di permukaan air, melingkari sekeliling danau tersebut.


Di air jernih dan sejuk ini, wisatawan dapat memuaskan hobi berenang. Jika wisatawan senang berperahu, tukang perahu yang ada di sekitar danau siap mengantar wisatawan berkeliling menikmati panorama danau, lalu ke pantai laut lepas melalui terowongan karang. Sebelum air pasang menutupi mulut terowongan, wisatawan sudah harus kembali berada di danau.


Gua Lia Ngkabori

Lia Ngkabori yang bermakna ‘Gua Bertulis’ merupakan sebuah gua dengan lebar 30 meter dan tinggi bervarisi antara 2 hingga 5 meter serta memiliki total kedalaman sekitar 50 meter.


Gua ini menyimpan berbagai misteri kehidupan masyarakat prasejarah suku Muna yang tergambar pada 130 situs aneka goresan berwarna merah pada dinding gua bagian dalam.


Goresan-goresan tersebut masih tetap terjaga keasliannya, terutama bentuk dan kecermelangan warnanya, yang hingga kini masih merupakan sebuah misteri tentang bahan tinta yang digunakan.


Misteri peninggalan sejarah ini menanti kedatangan wisatawan yang gemar terhadap penelitian kepurbakalaan serta penjelajahan keaslian alam.


Atraksi Adu Kuda

Mungkin Pulau Muna adalah satu-satunya tempat di dunia di mana Anda dapat menyaksikan adu kuda jantan yang memperebutkan kuda betina. Atraksi yang sangat seru dan memukau ini sering dilakukan pada setiap perayaan yang melibatkan masyarakat.


Pertarungan diawali dengan menukarkan betina dari masing-masing kuda jantan oleh seorang pawang guna membangkitkan emosi dari masing-masing kuda jantan. Seiring dengan bangkitnya emosi, kedua kuda jantan tersebut saling menerjang dengan kaki depan terangkat, leher tegak, geraham gemeretak dan moncong saling memagut mencari sasaran serangan. Suatu atraksi yang cukup mendebarkan, mencekam, menantang sekaligus menyenangkan.


Dalam filosofi suku Muna, atraksi kuda mengandung makna bahwa hak dan tanggung jawab adalah segala-galanya, walaupun nyawa jadi taruhannya. Filosofi inilah yang dianut dalam kehidupan masyarakat suku Muna, yang secara formal diabadikan pada lambang Daerah Kabupaten Muna.


Tenunan Tradisional

Desa Masalili terletak kurang lebih 8 km dari Raha, ibukota Kabupaten Muna. Sebagian besar penduduknya hidup dari usaha menenun kain secara tradisional. Cara menenun ini telah diwariskan sejak ratusan tahun lalu secara turun temurun.


Kain tenunan ini terdiri atas berbagai macam corak dan warna yang memiliki seni dan budaya Muna. Sehelai kain dapat digunakan sebagai sarung adat atau dimodifikasi menjadi stelan busana dan berbagai macan souvenir.


Layangan ‘Kaghati’

Kabupaten Muna terkenal dengan layangan tradisionalnya, yang di daerah setempat dikenal dengan nama kaghati. Layangan ini terbuat dari bahan-bahan alami, antara lain daun kolope (ubi hutan), bambu rami dan benang dari serat daun nenas hutan.


Untuk menghubungkan bahan satu dengan lainnya digunakan bahan penisik dari kulit bambu yang diruncingkan. Sebagai penyeimbang layangan, digunakan dua bandulan pada kiri-kanan sayap layanan menggunakan kayu berukuran kecil.


Layangan tradisional Muna ini telah mendapat peringkat sebagai layangan paling alami. Pada tahun 1996 dan 1997, layangan tradisional Muna menjadi salah satu peserta di sebuah kompetisi layangan bertaraf internasional.


Tradisi Karia

Dalam adat suku Wuna (Muna), setiap anak perempuan yang akan memasuki usia remaja diwajibkan menjalani tradisi pingitan (Karia) selama empat hari empat malam atau dua hari dua malam, tergantung kesepakatan antara penyelenggara Karia dengan pomantoto.


Tradisi ini bertujuan untuk membekali anak-anak perempuan dengan nilai-nilai etika, moral dan spiritual, baik statusnya sebagai seorang anak, ibu, istri maupun sebagai anggota masyarakat.


Sesuai proses pingitan, diadakanlah selamatan dengan mengundang sanak keluarga, kerabat dan handai taulan. Dalam prosesi selamatan ini digelar Tari Linda, yang menggambarkan tahap-tahap kehidupan seorang perempuan mulai dari melepaskan masa kanak-kanak lalu memasuki masa remaja, kemudian masa dewasa dan siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga. (Nining)

Tidak ada komentar: