16 Oktober 2008

Pariwisata Makassar Kini Lebih Baik


MAKASSAR bakal memasuki sejarah baru. Pada tahun 2009 mendatang, kota metropolitan yang dipimpin Ilham Arief Sirajuddin ini akan memiliki industri pariwisata termegah di Asia Tenggara. Namanya, Disneyland. Infrastruktur pariwisata terlengkap dan memadai tersebut kini sudah dimulai pembangunannya di atas areal seluas 12,7 hektar di kawasan Tanjung Bunga.


Apakah dengan hadirnya Disneyland nantinya Makassar akan memasuki masa keemasan di bidang pariwisata dan menjadikan kota ini The Best? Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Makassar, Drs H Eddy Kosasih Parawansa MS, saat ditemui ProFiles di ruang kerjanya, Rabu, 2 Juli, sangat antusias menyambut kehadiran mega proyek tersebut.


Sulung dari empat bersaudara pasangan Prof Dr H Paturungi Parawansa dan Hj Yuliana Parawansa ini menyebutkan, industri pariwisata di Makassar kelak lebih menggeliat dengan hadirnya obyek wisata yang telah mendunia itu. Soalnya, obyek wisata yang dibangun di kawasan Tanjung Bunga tersebut adalah proyek pariwisata terlengkap, bukan saja di Indonesia, melainkan juga di Asia Tenggara. Mega proyek ini menelan anggaran Rp 2 triliun.


Obyek wisata yang bakal hadir di kawasan Tanjung Bunga itu, terang suami Hj Amalia Malik SH ini, hanya ada di negara-negara maju seperti Amerika, Perancis, Jepang, Hongkong, Singapura, serta Philipina. Itu berarti, pariwisata Makassar nantinya masuk dalam jajaran pariwisata dunia. Dengan demikian, wisatawan akan memilih Makassar dibandingkan daerah tujuan wisata lainnya di tanah air.


Menurut Eddy, pihaknya kini sedang berusaha dan bekerja keras agar mencapai hasil maksimal. Tentunya, penilaiannya bukanlah pada dinas yang dipimpinnya, tetapi mereka yang datang dan menyaksikan Makassar dari dekat. Silakan datang ke Makassar, liat, buktikan, dan ceriterakan bahwa Makassar lebih baik.


‘’Tidak berlebihan jika kami merasa bangga dengan kemajuan pariwisata di daerah ini. Kebanggaan tersebut, kami anggap hal yang wajar,’’ tutur Eddy.


Lelaki ganteng kelahiran Sungguminasa, 24 Desember 1959, ini menambahkan, kehadiran dan keberadaan Disneyland nantinya melengkapi obyek wisata yang telah ada di Makassar, misalnya obyek wisata bahari Pulau Kayangan dan Pulau Kodingareng Keke yang kini dikelola pihak ketiga, serta pulau-pulau lainnya yang tak kalah indahnya, antara lain Lae-Lae, Samalona, Barrang Lompo, Bone Battang, dan Balang Caddi.


Obyek wisata lainnya yang bisa menjadi alternatif pilihan wisatawan yaitu Benteng Ujungpandang dan Musium Lagaligo, makam kuno raja-raja Tallo dan panorama sungai Tallo, monumen korban 40.000 jiwa, makam Syekh Yusuf, masjid tua Katangka, makam Sultan Hasanuddin, Tanjung Merdeka, Pantai Losari, serta Pantai Barombong.


Mantan pengurus KNPI Sulsel, DPD I Pemuda Panca Marga, dan DPD I AMPI Sulsel yang mengawali tugas sebagai PNS di Pemkab Gowa tahun 1987 ini mengemukakan, kemajuan Pariwisata Makassar karena didukung oleh Bandara Internasional Hasanuddin, Pelabuhan Makassar, kawasan KIMA, terminal kargo, jalan tol, lapangan Golf Baddoka, serta hotel-hotel bertaraf internasional.


Tetapi, beber Eddy, berapa pun banyaknya atau semegah apapun obyek wisata di Makassar, tidak akan berpengaruh apa-apa jika situasi dan kondisi kota ini tidak kondusif. Para wisatawan enggan datang ke kota Daeng jika keamanannya tidak terjamin.


‘’Salah satu hal yang paling ditakuti wisatawan mancanegara adalah jika kondisi keamanan di daerah tersebut tidak terjamin, misalnya sering terjadi aksi demo dan peristiwa kriminal. Karena itu, saya mengharapkan masyarakat hidup damai. Saya meyakini betul, dengan kearifan lokal, utamanya budaya Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar yang melekat pada masyarakat di daerah ini, akan tercipta kedamaian dan keamanan di Makassar,’’ jelas penerima tanda kehormatan Satya Lencana Karya Satya 10 tahun dari Presiden RI itu.


Ayah dua anak - Ahmad Dimas dan Maulida Widya Utari – ini menambahkan, berbagai kegiatan berskala nasional kini banyak dilaksanakan di Makassar, di antaranya pertemuan SMK se Indonesia, rakernas PDIP, pertemuan wakil wali kota/wakil bupati se Indonesia, pertemuan dokter-dokter se Indonesia, serta pasar wisata tahun 2006 yang berlangsung sukses dan aman. Dalam waktu dekat ,di Makassar juga akan digelar pasar wisata Indonesia, termasuk visit Losari, November mendatang, dalam rangkaian 400 tahun hari jadi Makassar.


Minimnya anggaran promosi, yang hanya sekitar Rp 200-an juta, diakui Eddy merupakan salah satu kendala yang dihadapinya dalam upaya memajukan dunia kepariwisataan di Makassar. Coba bandingkan dengan Balikpapan, yang belajar pariwisata di Makassar, menganggarkan Rp 9 miliar untuk promosi. Palembang Rp 30 miliar, dan Medan Rp 20 miliar.


Namun demikian, mantan Kadis Infokom Makassar ini tak lepas tangan begitu saja. Dengan berbagai cara, ia berusaha menyiasati dan mengatasi kendala tersebut, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas amanah yang diberikan kepadanya.


Terbukti, dari tahun-ke tahun justru terjadi peningkatan kunjungan wisatawan. Tahun 2007 lalu, wisatawan domestik berjumlah 19.785 orang, wisatawan nusantara 1,5 juta orang. Salah satu indikator meningkatnya wisatawan dapat dilihat dari peningkatan PAD khusus rumah makan, hiburan, dan penginapan yang mencapai Rp 37 miliar pada 2006, dan meningkat menjadi Rp 41 miliar pada 2007. Sedangkan tahun 2008 ini ditargetkan Rp 45 miliar. (din pattisahusiwa)

Tidak ada komentar: