26 September 2008

Enjoy dan Pantang Menyerah


Profil Safaruddin KDI

INDUSTRI rekaman dangdut yang beberapa tahun terakhir tengah mati suri dan adanya sikap diskrimasi produser album terhadap penyanyi pria pendatang baru, tak sedikit pun mematahkan semangat dan geliat tarik suara Safaruddin (29 tahun). Kampiun ketiga Kontes Dangdut TPI (KDI) – 1 tahun 2004 ini, tetap enjoy dan pantang menyerah dalam menjalani karir pedangdut profesional di Jakarta.
  ‘’Memang tak mudah untuk menjadi pedangdut profesional secara sempurna, yakni eksis di jalur industri rekaman dan di pentas hiburan live. Kendati belum punya solo album, saya tetap enjoy menjalani babakan karir profesional di panggung hiburan dangdut ibukota maupun nasional,’’ papar Safaruddin.
  Semenjak dinobatkan sebagai juara ke-3 akhir September 2004 silam - kalah bersaing dengan dua kontestan asal Bandung, Siti Rahmawati dan Nassar Fahad Sungkar, yang akhirnya tampil sebagai juara dan runner-up KDI-1 -, jadwal manggung Safaruddin yang diatur manajemen TPI dan Indika Entertainment begitu padat. Bahkan, suami dari Fatmawati - kelahiran Toli-Toli, 8 Januari 1979 - ini sempat dua kali singgah di panggung Negeri Beton, Hongkong, dan sekali di Tawao, Malaysia.
  ‘’Dari honor manggung di dalam dan luar negeri itulah, saya mampu mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Bahkan, dalam tempo setahun pasca merebut satu tempat di tiga besar KDI-1, saya sudah mampu membeli rumah di Villa Nusa Indah Cibubur - kawasan Timur Jakarta - seharga Rp 185 juta secara tunai. Terus-terang, honor manggung tersebut sangat besar, di luar perkiraan saya ketika memastikan diri manjadi duta dangdut Makassar di Jakarta,’’ terang Safaruddin, yang pada 4–6 Februari lalu menghibur ribuan TKW Hongkong di Gedung Hou Tung Secondary School Hongkong.
  ‘’Alhamdulillah, sambutan masyarakat Hongkong, khususnya para TKW Indonesia, sangat meriah. Tak kalah meriah dan semarak ketika saya tampil di Victoria Park Hongkong pada Okotober 2006 silam. Bahkan, ketika mau pulang ke tanah air, saya kebanjiran kado atau hadiah dari mereka,’’ tambah pelantun tembang “100 Kali” karya komposer Toto Aryo yang menjadi salah satu andalan album Kompilasi KDI-1 itu.

Persiapkan Album Perdana
  Makmur dan eksis di panggung hiburan dangdut, geliat Safaruddin di jalur rekaman masih jalan di tempat. Industri dangdut yang beberapa tahun belakangan kurang kondusif - kalau tak mau dibilang mati suri serta kecenderungan produser rekaman lebih tergiur melansir album para biduanita -, menjadi penghalang utama penggemar berat H. Rhoma Irama, Mansyur S dan Iman S. Arifin ini untuk menelorkan album solo perdana.
  ‘’Kendati sudah tiga tahunan sulit mendapatkan peluang masuk dapur rekaman, saya pantang menyerah untuk melansir album perdana. Bahkan, saat ini saya tengah memilih dan memilah lagu-lagu yang bakal diusung bila kelak saya berkesempatan rekaman solo album. Termasuk tiga lagu karya saya sendiri dan satu lagu karya Pak Mansyur S,’’ tekad ayah Siti Faysah - bocah putri berusia 5 tahun - ini.
  ‘’Dengan berat badan 80 kilo saat berjuang dalam serangkaian konser penjemputan KDI-1, saya merasa sulit bergerak dan kerap sesak nafas dalam menggapai nada-nada tinggi. Nah, berkat rajin berolahraga, khususnya fitnes dan rutin main bulutangkis, dalam tempo dua tahunan saya mampu menurunkan berat badan 15 kg. Ditambah ketekunan berlatih koreografi, saya kini cukup piawai melakukan goyang se-dinamis apa pun. Pokoknya, di atas panggung saya siap unjuk goyang ngebor atau pun ngecor,’’ jamin putra bungsu dari sembilan bersaudara pasangan H. Siradju dan Hj. Zaenab ini.
  Selain serius mempersiapkan materi lagu album lengkap dengan musisi dan komposer pendukung, Safaruddin belakangan juga tengah giat mengumpulkan dana untuk biaya rekaman. Di antaranya lewat usaha rumah kos-kosan di Makassar maupun turut menyertakan modal pada usaha Hama Tikus sistim pengasapan PT. Tiran, milik kerabatnya Ir Amran.
  ‘’Saya punya target, apa pun yang terjadi album solo perdana saya akan rampung dan beredar paling lambat akhir tahun 2008. Kalau belum ada produser yang tertarik, dari keuntungan usaha kos-kosan dan penyertaan modal Hama Tikus, saya akan gunakan untuk biaya proses rekaman hingga master album. Pasalnya, geliat profesional saya di ibukota sebagai penyanyi dangdut, terasa belum sempurna tanpa solo album,’’ tandas lulusan SMAN 1 Toli-Toli yang langsung hijrah ke Makassar dan memulai karir sebagai keyboardis Orkes Melayu Fitrah, milik kakaknya, itu. (agust)

Tidak ada komentar: